As a part of the IEEE Indonesia Excom & Adcom coordinative meeting in Bali, we also visit Udayana University, to see the Advanced Research Laboratories, and also to carry out some sharing session to the academician and students.
Surely, first we had to meet the famous Prof Linawati, Dean of the Faculty of Technology, Udayana University. With Prof Lina, we established the IEEE Udayana University Student Branch 10 years ago, in my serving time as the Chairman of the IEEE Indonesia Section at that time, after a discussion at Fortech in Bandung.
This is a weekend lecture, so I just briefly discussed about the development of digital platforms as the core in current technology and business ecosystems.
And surely I spent a couple minutes to — again — make an introduction to the Complexity Theory. It’s always fun to tell people about this attractive thing. You can read more about this at the other part of this blog: [URL]
Our solidarity for Palestine is unquestionable. Our commitment for freedom, sovereignty, peace, and justice for Palestinian started decades ago after learning the apparent injustice that we naively expected to fade, aligned with the advancement of science, information, global partnership, etc etc. We were obviously wrong: the colonialism, injustice, inhumanity, crimes agains humanity etc are still here, leading the so-called civilised world.
With about a million people of Jakarta today, we attended a solidarity mob to show our commitment and solidarity for Palestine and Palestinian people. We delegitimate the existence of illegal criminal zionist entity currently occupying Palestine.
Like our founding father of Indonesia, we understand that the Palestinian people love peace, but they must fight for their freedom, dignity, and humanity. We must also fight the global misinformation and misleading discourses.
Hingga kini, masih sangat jarang ada kunjungan dari Presiden IEEE yang tengah menjabat ke Indonesia. Dalam catatan, Presiden IEEE pertama yang mengunjungi Indonesia adalah Prof Peter Staecker pada tahun 2013, waktu aku baru beberapa hari menjabat Ketua Umum (Chairman) IEEE Indonesia Section. Tahun ini, Presiden IEEE Prof Saiful Rahman mengunjungi Indonesia beberapa hari; sekaligus dalam bagian dari kampanye IEEE atas perubahan iklim. Beliau didampingi Ketua IEEE Indonesia Section saat ini, Prof Gamantyo, dan Ketua Terpilih IEEE Malaysia, Bernard Lim.
Sebagai bagian dari program ini, IEEE berkolaborasi dengan TVRI mengadakan diskusi on-air yang bertajuk “IEEE ASEAN Roundtable Discussion on Climate Change.” Acara diselenggarakan 27 Oktober 2023 di TVRI, dengan Prof Saifur Rahman sebagai pembicara utama, didampingi pembicara lain dari industri, universitas, lembaga riset, dan pemerintah sebagai peserta; dalam bentuk diskusi meja bundar. Penyelenggara kegiatan adalah TVRI, dipimpin Dr. Agnes Irwanti, salah satu anggota Dewan Pengawas, dan Iman Brotoseno, Dirut TVRI. Aku jadi salah satu pembicara, mewakili IEEE Advisory Board.
Aku memaparkan peluang pemanfaatan teknologi yang tersedia atau tengah dikembangkan, untuk mengurangi dan mengatasi dampak perubahan iklim. Perubahan iklim selalu menjadi salah satu motivasi di balik banyak inovasi kolaboratif dalam pengembangan teknologi dan bisnis berbasis teknologi.
Karena pekerjaanku di industri telekomunikasi, aku mengawali dengan memberikan contoh dalam industri mobile. Penggunaan radio kognitif (CR) dan akses spektrum dinamis (DSA) dapat mengoptimalkan teknologi hijau dengan meningkatkan efisiensi dan penghematan spektrum melalui adaptasi dinamis terhadap perubahan kondisi jaringan dan faktor lingkungan. Di daerah perkotaan dengan beban jaringan tinggi, CR dapat beralih ke pita frekuensi yang kurang padat, mengurangi konsumsi daya dan meningkatkan kinerja jaringan; dan juga dapat dioptimalkan untuk memilih infrastruktur jaringan yang paling ramah lingkungan. Perangkat CR dapat mengurangi daya saat berkomunikasi dalam jarak pendek, sehingga dapat menghemat energi. CR juga memungkinkan berbagi spektrum dinamis antara berbagai teknologi. Hal ini mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi konsumsi energi dalam berbagai jenis jaringan yang dipadukan ini. Dengan blockchain, spektrum dapat dibagikan antara operator dengan pencatatan dan penghitungan biaya yang lebih mudah.
Dalam pendekatan yang lebih aplikatif dalam industri, paradigma pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem telah mendorong perusahaan untuk berbagi kapabilitas, sumber daya, dan peluang; sehingga biaya dan risiko dapat ditekan, sekaligus mengurangi beban pada lingkungan melalui berbagai metode berbagi yang dipermudah oleh digitalisasi yang memungkinkan proses dan kemampuan dapat dimodulkan, digunakan kembali, diintegrasikan, diperbaiki, dan dikendalikan bersama antara bisnis yang bersifat kolaboratif atau bahkan kompetitif.
Penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan robotika memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim dalam berbagai cara. Beberapa contoh:
Teknologi ini dapat digunakan dalam robotika yang meliputi sensor otonom, drone, dan satelit untuk memantau dan mengumpulkan data atas parameter terkait iklim, seperti suhu, kelembaban, emisi karbon, deforestasi, dan lainnya. Teknologi ini membantu dalam mendapatkan data yang akurat dan real-time untuk analisis iklim.
AI memudahkan analisis data iklim yang besar, membantu para peneliti membangun model iklim yang lebih akurat. Model-model ini sangat penting untuk memahami perubahan iklim, penyebabnya, dan memprediksi iklim di masa depan.
AI digunakan untuk optimisasi konsumsi energi di berbagai sektor, termasuk transportasi, manufaktur, dan konstruksi. Smart grid dan sistem manajemen energi menggunakan AI untuk mengimbangi pasokan dan permintaan energi, mengurangi pemborosan, dan mengintegrasikan sumber energi terbarukan dengan efektif.
Manajemen logistik terintegrasi berbasis AI (4PL / 5PL) dapat mengatur layanan logistik untuk berbagi layanan logistik, dengan model rantai pasok yang lebih baik, didukung oleh prediksi permintaan dan produksi yang lebih baik. Ini akan mengurangi juga penggunaan bahan bakar dan beban lingkungan untuk memperluas fasilitas transportasi.
AI memperbaiki praktik pertanian, mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan hasil panen. Selain itu, robotika dapat membantu dalam pertanian presisi, mengurangi penggunaan bahan kimia dan meningkatkan keberlanjutan.
Ada banyak aspek teknologi lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kondisi lingkungan, termasuk manajemen energi, manajemen lalu lintas, pendidikan yang dipersonalisasi, dan lainnya. Pembicara lain juga menjelajahi apa yang dapat kita lakukan dalam bidang pendidikan, kebijakan pemerintah, dan bidang lainnya.
It is not a regular occasion of any serving IEEE President to visit Indonesia. In our official note, the first serving IEEE President to visit Indonesia was Prof Peter Staecker in 2013 — he visited Bali for an IEEE Educational Program awareness while I was only days starting my service as the IEEE Indonesia Section Chair. This year, Prof Saiful Rahman, the current IEEE President, is visiting Indonesia for a couple days. The visit is related to the IEEE campaigns in climate change; so it is also the theme of his visit. He is visiting Indonesia accompanied by the current IEEE Indonesia Section Chair, Prof Gamantyo, and the IEEE Malaysia Chair-Elect, Bernard Lim.
As one of the programs within his visit, the IEEE Indonesia Section co-organise with TVRI, an on-air discussion titled the IEEE ASEAN Roundtable on Climate Change. The event was carried out today in TVRI, with the IEEE President Prof Saifur Rahman as the main speaker, and teens of other speakers from the industry, universities, research centres, and government agencies as participants in round table discussion form — including yours truly, representing the IEEE Indonesia Section Advisory Committee, and the IEEE TEMS Regional Leadership Subcommittee. The organiser is TVRI, led by Dr Agnes Irwanti, a member of its Supervisory Board; and Mr Iman Brotoseno, the CEO.
I explored the opportunity of using currently available or currently developed technology to reduce and overcome the impact of the climate change. Climate change is always one of the motivations behind many collaborative innovations in the development of technology and technology-based business.
Since I work in telecommunications industry, I started by giving an example in mobile industry. The use of cognitive radio and dynamic spectrum access (CR/DSA) may optimise green technology by improving the efficiency and utilisation the spectrum by dynamic adaptation to changing network conditions and environmental factors. In urban areas with high network congestion, CR can switch to less crowded frequency bands, reducing power consumption and improving network performance; and it could also optimised to choose the most green-powered network infrastructure available. CR device can lower its power when communicating over shorter distances, conserving energy. CR also enables dynamic spectrum sharing among different technologies. For example, a cognitive radio network can share spectrum with existing cellular networks during peak traffic hours and switch to alternative bands during off-peak times. This optimises resource usage and reduces energy consumption in both networks. With the use of blockchain, spectrum may be shared among operators with easier accounting and cost-sharing.
In more applicative approach in the industry, the paradigm of of ecosystem-based business growth has motivated enterprises to share capabilities, resources, opportunities, so they can reduce the cost and risk, while also reduce the cost for the environment by many sharing methods used in business ecosystems, facilitated by massive digitalisation that enables process and capabilities to be modularised, reused, integrated, improved, and orchestrated among collaborative or event competitive businesses.
The use of technology like the AI and robotics play important roles in addressing climate change in various ways. Some examples:
The technology might be used for autonomous sensor-equipped robots, drones, and satellites to monitor and collect data on climate-related parameters such as temperature, humidity, carbon emissions, deforestation, and more. These technologies help in obtaining real-time and accurate data for climate analysis.
AI facilitates the analysis of huge amounts of climate data, helping researchers build more accurate climate models. These models are crucial for understanding climate change, its causes, and predicting future climate trends.
AI can optimize energy consumption in various sectors, including transportation, manufacturing, and buildings. Smart grids and energy management systems use AI to balance energy supply and demand, reduce wastage, and integrate renewable energy sources effectively.
AI-based integrated logistics management (4PL / 5PL) may orchestrate logistics services to share the logistics resources they have, with better supply chain model, supported by better demand and production prediction. It will also reduce the use of fuel and environmental cost to expand the transportation facilities.
AI can support agricultural practices, reducing greenhouse gas emissions and improving crop yields. Additionally, robots can assist in precision agriculture, reducing chemical usage and improving sustainability.
There are many more aspect of technology to be used to improve the environmental conditions, including the power management, traffic management, personalised education, etc. Other speakers also explored what we can do in the aspects of education, government policy, and others.
Even after the formal discussion, we still continue the discussion during the lunch session, after Friday-prayer session. I think it is also my first experience to accompany an IEEE President to a mosque to attend a Friday prayer session.
We closed the day with a more relaxing discussion during dinner at Plaza Senayan.
Batik Day a.k.a. Hari Batik Nasional is a national observance celebrated in Indonesia on October 2nd each year. The day is dedicated to celebrating the rich cultural heritage and artistry of batik, which is a traditional Indonesian fabric that is created using a wax-resistant dyeing technique. Batik has a long history in Indonesia and holds significant cultural and artistic importance.
On Batik Day, people across Indonesia, including government officials, students, and the general population, including yours truly, often wear batik clothing to celebrate the cultural significance of this traditional art form.
Batik Day was officially designated as a national day in 2009, recognising the importance of batik as an integral part of Indonesia’s cultural heritage. This celebration not only honours the craftsmanship and creativity of batik artisans but also fosters a sense of national pride and unity in Indonesia.
Question: Why do I collect batik designed with the stylisation of birds, instead of other animals? Anwer: Ravenclaw
Kopi Timor, terkenal dengan kualitasnya yang luar biasa, memiliki sejarah yang kaya di Timor-Leste, yang juga dikenal sebagai Timor Timur. Budidaya kopi di Timor-Leste dimulai selama era kolonial Portugis pada abad ke-18. Kopi diperkenalkan ke pulau ini oleh Portugis dan segera menjadi tanaman bernilai tinggi. Namun, selama Perang Dunia II, Timor mengalami pergolakan, dengan Jepang menduduki pulau tersebut dan menghancurkan sebagian besar perkebunan kopi.
Setelah perang, produksi kopi dilanjutkan, dan pada tahun 1970-an, Timor-Leste meraih kemerdekaan dari Portugal. Namun, pergolakan politik terjadi ketika negara ini menghadapi perjuangan panjang untuk kebebasan. Di tengah latar belakang ini, produksi kopi menghadapi banyak tantangan, termasuk konflik, ketidakstabilan ekonomi, dan akses terbatas ke pasar internasional.
Pada awal tahun 2000-an, Timor-Leste kembali stabil, dan upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali dan memperkuat industri kopi. Pemerintah, bersama dengan organisasi internasional dan LSM, memberikan dukungan kepada petani kecil, mempromosikan praktik berkelanjutan, meningkatkan infrastruktur, dan memfasilitasi akses ke pasar internasional.
Kopi Timor-Leste sebagian besar ditanam di daerah pegunungan negara ini, dengan memanfaatkan tanah vulkanik yang subur, ketinggian yang tinggi, dan iklim yang menguntungkan. Dua varietas utama yang dibudidayakan adalah Arabika dan Robusta, dengan Arabika menjadi yang paling dominan.
Profil rasa unik dari kopi Timor timbul dari kombinasi faktor-faktor ini: biji Arabika berkualitas tinggi, ditanam di bawah naungan hutan tropis, dan metode pengolahan tradisional. Petani sering menggunakan praktik organik, menghindari pupuk dan pestisida sintetis, sehingga menghasilkan kopi yang dipuji karena kelembutan, tubuh sedang, dan rasa ringan yang sedikit beraroma buah.
Industri kopi di Timor-Leste terutama didorong oleh petani kecil yang bekerja secara kolektif melalui koperasi. Koperasi ini memberikan platform bagi petani untuk mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan, dan secara kolektif memasarkan kopi mereka. Inisiatif perdagangan adil juga telah berperan dalam mendukung para petani dengan menjamin harga yang adil dan mempromosikan keberlanjutan.
Kopi Timor telah mendapatkan pengakuan global karena cita rasanya yang khas dan dampak sosialnya. Ia telah menjadi sumber kebanggaan bagi negara ini, melambangkan ketahanan, pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Saat ini, Timor-Leste terus berfokus pada meningkatkan kualitas dan keberlanjutan industri kopi, memungkinkan petani untuk meningkatkan penghidupan mereka dan berkontribusi pada pertumbuhan negara.
Waktu aku masih jadi Chairman of the IEEE Indonesia Section, sempat ada usulan dari anggota Advisory Board (yang dalam konteks Indonesia berarti mantan ketua IEEE Indonesia Section) tentang Israel. Saat itu, IEEE Indonesia Section tengah sangat gencar melakukan eksplorasi untuk menjadi host atas IEEE international conferences, baik yang skala region (Region 10 Asia Pacific) maupun kemudian level dunia.
Hal yang sering jadi issue adalah soal imigrasi. Banyak peserta konferensi dari negara Asia mengalami kesulitan mengurus visa masuk Indonesia, seperti dari negara Iran dan Pakistan. Beberapa anggota komite sempat menyebut bahwa filtering untuk beberapa negara memang lebih ketat. Salah satu alasannya adalah kekhawatiran Indonesia dijadikan jembatan untuk mencari jalan untuk migrasi ke Australia. Namun warganegara Pakistan yang sudah di Australia pun masih lebih sulit masuk ke Indonesia. Kadang ketua konferensi, atau bahkan ketua IEEE Indonesia Section, harus menulis surat jaminan pribadi ke Kedutaan dan Kantor Imigrasi.
Soalan lain adalah warga dari entitas ilegal zionis yang menduduki Palestina (yang demi kesederhanaan teks akan kita sebut sebagai Israel tanpa tanda petik). Kebijakan yang bijak dari Pemerintah Indonesia untuk selalu menolak adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel dianggap jadi penghambat. Kami Excom IEEE Indonesia Section diminta mencari cara untuk memungkinkan dipermudahnya pemegang paspor Israel untuk memasuki Indonesia.
Secara pragmatis, waktu itu aku sampaikan bahwa banyak pemegang paspor Israel sebenarnya memiliki kewarganegaraan ganda, merangkap jadi warga negara Eropa, AS, Kanada, bahkan Singapura. Andaipun mereka hanya punya paspor Israel saja, mereka sangat dipermudah membuat paspor di negara lain. Jadi tidak ada perlunya kita mendorong pemerintah Indonesia memperlunak sikap pada pemegang paspor Israel. Kita tetap menerima mereka dengan tangan dan hati terbuka.
Salah satu anggota senior di Advisory Board kemudian menyampaikan bahwa persoalannya bukan bisa lewat jalan samping, tetapi secara politis Indonesia dianggap tidak ramah pada Israel, dan posisi ini menyulitkan Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah berbagai konferensi internasional.
Atas statement itu, aku saat itu memberikan jawaban bahwa jika persyaratan tertulis atau tak tertulis untuk jadi host adalah harus memberikan rekomendasi atau saran kepada pemerintah Indonesia untuk memperlunak sikap kepada Israel, aku memilih tidak akan mengajukan IEEE Indonesia Section sebagai host — setidaknya selama aku jadi ketua.
Aku rasa, sikap yang sudah diambil Bapak Bangsa kita, untuk melihat perspektif geopolitis global secara lebih cerdas dan mengedepankan perikemanusiaan dan perikeadilan, masih relevan hingga kini, masih jadi kebijakan Pemerintah Indonesia yang patut didukung, dan sudah menjadi bagian dari perspektif pribadi dalam negosiasi global.
Melengkapi expertise yang memanjang dari jaringan broadband, platform dan infrastuktur digital, kompleksitas dan ekosistem ekonomi, hingga strategi bisnis berbasis ekosistem, dan seterusnya, aku akhirnya terjebur ke pengembangan bisnis berbasis ekosistem sosioekonomis, termasuk UMKM, pertanian, dll.
Untuk pertanian, tugas ini belum sampai satu bulan aku pegang, tapi telah membawaku menjumpai PMO Kopi Nusantara. Sebuah workshop diselenggarakan di Rancabali, di tengah perkebunan teh milik PTPN VIII, di tepi Situ Patengang. Cuaca sejuk menarik, dan menggoda untuk mengawali dengan segelas kopi lokal dari Bandung Selatan.
PMO Kopi Nusantara dibentuk Kementerian BUMN di awal 2022, beranggotakan BUMN, industri, asosiasi, dan lembaga penelitian berkait pengembangan agriculture kopi nasional. Selain berisi pembinaan atas petani kopi, PMO juga menjalin sinergi antara industri dan petani, serta memperbaiki rantai pasok kopi nasional. Telkom berperan dalam PMO ini melalui pemanfaatan platform Agree. Piloting PMO diselenggarakan di empat provinsi, yaitu Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara.
Industri kopi merupakan industri yang sangat penting bagi Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun budaya. Indonesia dikenal sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia, dengan produksi kopi mencapai sekitar 650 kiloton per tahun. Kontribusi industri kopi terhadap perekonomian Indonesia mencapai ±1.25% total PDB.
Kopi juga merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Ekspor kopi Indonesia mencapai ±400 kiloton per tahun, dengan nilai ±US$ 1.1 miliar.
Kopi memiliki nilai penting bagi Indonesia dari segi ekonomi maupun budaya. Pengembangannya harus dilaksanakan secara sinergistik dengan memanfaatkan strategi berbasis ekosistem yang memberikan value maksimal, terutama untuk para petani kopi.
Sebenarnya, telah cukup banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan efek konsumsi kopi dan kafein terhadap risiko serangan jantung dan stroke. Hasil dari berbagai penelitian itu cukup bervariasi: ada penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi kopi atau kafein yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, sementara penelitian lain menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan, atau bahkan terdapat efek positif bagi kesehatan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan kafein yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, yang dapat berkontribusi pada peningkatan risiko serangan jantung dan stroke. Namun, penelitian lain telah menunjukkan bahwa konsumsi kopi tingkat menengah (yaitu sekitar 3-4 cangkir per hari) dapat memberikan efek perlindungan terhadap penyakit jantung dan stroke, yang mungkin diakibatnya adanya antioksidan dan senyawa anti peradangan dalam kopi.
Secara umum, meskipun bukti tidak sepenuhnya jelas, konsumsi kopi skala menengah saja dianggap aman untuk kebanyakan orang, dan bahkan dapat memiliki beberapa manfaat kesehatan. Namun, mereka yang memiliki gejala gangguan jantung atau tekanan darah tinggi harus sangat berhati-hati dengan asupan kafein mereka.